Menjadi seorang peri adalah suatu hal yang sangat
menyenangkan, kami bisa terbang bahkan menghilang dan muncul di suatu
tempat yang kami inginkan tentunya dengan sebuah mantra. Setiap peri
memiliki pekerjaan, dimana mereka bekerja akan diketahui saat upacara
meduri, yaitu upacara memasuki usia dewasa bagi remaja peri dan itu
berarti kami akan mendapatkan sepasang sayap peri dewasa dan bubuk
ajaib.
Upacara ini di lakukan di bawah pohon jiwa yang
berada di dalam danau orange, yang hanya dapat dimasuki saat upacara
itu di adakan. Pohon ini menurut cerita adalah jelmaan para leluhur elf
dan peri yang sangat kuat, dan selalu dijaga oleh seorang elf yang akan
muncul saat akan diadakan upacara.
Jika sang elf penjaga muncul, semua peri berbondong-bodong menuju
bibir danau. Dan para peri remaja akan ditarik oleh peri air untuk
dituntun menuju pusaran danau yang merupakan tempat pohon jiwa berada.
pusaran itu perlahan-lahan akan menarik kami kedalam dan mengikuti arus
pusarannya sehingga akhirnya sampai ke tempat pohon jiwa. Pohon itu
adalah satu-satunya pohon dan tumbuhan yang berdiri diatas tanah
berpasir. Warna air danau yang orange membuat pasir putih yang
mengelilingi pohon jiwa menjadi seperti gurun pasir yang tandus, dan
pusaran air yang mengelilingi bagian atas ruang jiwa-begitu para tetua
peri menyebut tempat ini- .berputar semakin cepat sehingga terlihat
seperti langit.
Saat pertama kali melihat pohon jiwa, aku
dan saudara-saudaraku tidak merasakan adanya perbedaan dengan pohon
lain dari dunia atas. Kami kemudian berdiri mengelilingi pohon itu,
saling memandang, cemas menanti apa yang akan terjadi.
Sang elf penjaga berada di bawah pohon jiwa, berdiri di atas akarnya
yang besar, sedangkan akar-akar yang kecil perlahan bergerak kearah
kami. Kemudian, tiba-tiba saja kami telah berada didalam segi tiga yang
diciptakan akar kecil itu, ujung-ujung akar kecil kemudian saling
bertautan dan membentuk lingkaran yang mengurung kami di dalamnya .
Saat kami berada di dalam lingkaran akar, pemandangan di sekeliling
pohon berubah menjadi pemandangan perkampungan para peri. Mereka
terlihat sibuk menyusun buku-buku, sedangkan yang lain membungkus
buku-buku dengan kelopak-kelopak bunga yang telah dirajut, sehingga
membuat buku-buku itu menjadi begitu indah.
Saat aku
terhanyut dengan pemandangan yang ada di hadapanku, sesosok bayangan
menghampiriku, aku mengerjapkan mataku dan kemudian yang terlihat adalah
sesosok elf yang sangat menawan namun tegas. Ia tersenyum dan
mengulurkan tangannya padaku, menarikku menuju perkampungan peri itu.
Tangannya selembut sutra dan seringan kapas, ia berjalan seakan
melayang. Membuatku terpesona.
Sang elf membimbingku kesebuah ruangan yang didalamnya terdapat kolam
yang sangat jernih. Ruangan itu sangat rimbun karena dikelilingi pohon
dan bunga-bunga khas negeri peri, disetiap penjuru ruangan ini
tergeletak buku-buku dengan berbagai bentuk dan jenis, ada juga yang
tergantung di pohon seperti buah. Aku memandang kearah sang elf,
penasaran mengapa ia ingin aku melihat tempat ini.
“Source
of the gift” begitu ia menyebut tempat ini, sang elf memberitahuku bahwa
semua buku yang akan dihadiahkan berasal dari tempat ini, tempat ini
merupakan makam leluhur peri-peri sumber ilmu dan peri buku. Sang elf
berkata bahwa para leluhur peri dahulunya memantrai tempat ini agar
dapat menghasilkan buku yang tercipta dari ingatan pengetahuan dan
pengalaman mereka selama mereka ada di dunia peri, setiap buku yang
muncul seakan lahir untuk seseorang, tak perduli ia miskin, kaya, tua,
muda, baik, atau jahat. Karena itu setiap buku yang dikemas, dari
pemukiman peri buku, akan sampai kepada orang yang berhak menerimanya.
Sebenarnya tidak ada kriteria bagi kalian yang berminat untuk memiliki
buku-buku dari source of gift, karena mantera dalam bukulah yang
menentukan siapa pemiliknya. Sang elf mengatakan bahwa setiap orang
berhak mendapat buku-buku dari source of girt, tetapi yang membedakannya
adalah isi buku yang diberikan. Karena setiap orang tanpa sadar
memerlukan sebuah buku yang dapat menjadi petunjuk siapa dirinya, dan
mengingat asal usul dan tujuan hidup mereka sehingga mereka tetap berada
dalam garis takdir mereka.
Para peri buku, terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu, peri buku emas, perak dan perunggu. Peri buku
emas, bertugas memetik buku dari pohon dan mengumpulkan semua buku-buku
di ruangan “source of gift”, yang kemudian di berikan pada peri buku
perak, untuk di bungkus sesuai dengan karakter buku tersebut. Setelah
selesai dibungkus, peri buku perak akan menyusun buku-buku dalam sebuah
keranjang besar, yang nantinya akan diangkut seekor naga dengan peri
buku perunggu sebagai penunggangnya.
Aku terkesima melihat peri buku perunggu itu menunggangi naga yang
kemudian melesat ke langit, kaki sang naga mencengkram sebuah keranjang
yang berisi buku-buku. Saat tiba di dunia manusia, sang peri buku
perunggu akan membacakan mantra, sehingga buku-buku dalam keranjang
akan terbang dengan sayap kecil menuju tempat sang penerima. Setiap buku
memiliki roh, karena itu bagi kalian sang pencari buntelan dan pencuri
buku, tak akan bisa menyentuh ini, karena buku-buku ini hanya bisa
disentuh sang penerima dan para peri buku, bahkan sang elf pun mengaku
tidak dapat menyentuh buku-buku tersebut, kecuali buku tersebut di
takdirkan untuknya.
Sang elf memberitahuku bahwa, setiap peri
di pemukiman peri buku telah terikat mantra perjanjian untuk setia
kepada Pohon jiwa, karena itu jika mereka tergoda untuk membaca,
memiliki atau mencuri buku-buku dari “source of gift, mereka akan
terkurung ke dalam pohon jiwa selamanya yang bagi kami para peri adalah
sebuah hukuman mati.
Setelah selesai berkeliling, sang elf mengantarku kembali kedalam salah
satu segitiga dalam lingkaran akar pohon jiwa. Sang elf kemudian
memberikanku sebuah miniatur naga dari crystal, ia meletakkannya di atas
telapak tanganku, aku terpaku melihat keindahan miniatur naga itu.
Kemudian perlahan, miniature naga itu bergerak, kepalanya menengadah
kearahku sambil menyunggingkan senyumnya, lalu melompat masuk kedalam
kulit telapak tanganku, sesaat tanganku terasa kebas, miniatur naga yang
kini telah hidup menjelajahi tanganku melewati pembuluh darahku, aku
dapat melihat ukurannya yang terus bertambah besar. Dan kemudian saat
sang naga berada di punggungku, rasa kebas itu perlahan hilang. Aku
menoleh kearah sang elf yang sedang tersenyum ke padaku kemudian dengan
langkah ringan dan anggun ia berbalik kearah perkampungan. Aku berusaha
meraihnya, namun lingkaran akar pohon jiwa menahanku untuk tetap berada
di dalam lingkaran. Dan pemandangan di depanku kembali menjadi
pemandangan padang pasir.
Aku mengitari pandanganku ke dalam lingkaran akar pohon, saudara peri
yang ada disebelah kananku melihatku dengan tatapan heran, aku lalu
memperhatikan penampilanku yang sekarang berpakaian seperti para peri
buku yang aku temui tadi. Sedangkan saudara peri di sebelah kananku
berpenampilan begitu anggun dengan pakaian peri hutannya.
Awalnya
aku ingin bertanya pada saudara peri di sebelah kananku, apakah ia
melihat hal yang sama seperti yang aku lihat. Namun seakan sebuah mantra
melingkupi diriku, membuat lidahku kaku dan tidak dapat mengucapkan
kata-kata, apalagi menceritakan pengalaman yang baru saja aku alami, dan
aku merasa saudara periku juga mengalaminya. Karena itu kami hanya
tersenyum dan saling mengucapkan selamat.
Sang elf
penjaga, mengucapkan selamat pada kami, kemudian memberikan kami hadiah
sebuah kantung yang kami tebak adalah serbuk ajaib dan sebuak kotak
kecil. Sang elf penjaga menunjuk kearah pusaran air yang perlahan
melambat, kemudian menarik kami kedalam pusarannya satu persatu.
Di luar pusaran para peri air menunggu kami. Mereka menyambut kami
dengan senyuman hangatnya, dan membimbing kami menuju permukaan. Saat
kami tiba di permukaan, kotak kecil pemberian sang elf penjaga lenyap,
dan bersamaan dengan itu, secara tiba-tiba sayap peri kami berubah
menjadi lebih terang seperti sayap peri dewasa.
Saat kugerakkan sayap baruku, punggungku terasa kebas, kemudian rasa
panas mejalar dari punggug ke seluruh tubuhku. Rasa panas itu terus
menyengat sampai akhirnya aku merasakan sesuatu keluar dari punggungku.
aku menjatuhkan tubuhku di atas pasir yang basah, rasa letih
menyelubungiku. suasana di pinggir danau yang tadinya riuh tiba-tiba
hening. aku mengangkat wajahku dan melihat semua orang terdiam menatap
kearahku dan sesuatu di belakangku. rasa penasaran menyerangku, sambil
menarik nafas aku palingkan wajahku kebelakang, lalu beberapa saat
kemudian aku tanpa sadar ikut terdiam.Terpaku memandang sang naga yang
memiliki sisik-sisik kristal. dan naga ini adalah nagaku. naga sang peri
buku perunggu. peri buku yang akan mengirimkanmu sebuah BUKU.
Dibuat dalam rangka ikutan kuis yang disponsori oleh Mizan, Qanita, Atria dan Matahati
http://www.facebook.com/notes/truly-rudiono/kuiskuiskuis-beruntung-bisa-dapat-6-buku/10150558589832279?cmntid=10150560197327279
Sumber gambar
feedpos.blogspot.com
www.wallchan.com
digital-art-gallery.com
pathfinder.wikia.com
wallpaperstock.net